Sengsara membawa nikmat
Sengsara Membawa Nikmat adalah novel karya Sutan Sati yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1929. Novel ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Midun yang mengalami berbagai penderitaan namun akhirnya mendapatkan kebahagiaan. Novel ini dicetak kembali beberapa kali oleh Balai Pustaka.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang pemuda bernama Midun yang berasal dari desa di Sumatera Barat. Midun adalah seorang yang jujur, rajin, dan berakhlak baik, namun ia sering mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan dalam hidupnya. Midun difitnah dan dipenjarakan karena tuduhan yang tidak dilakukannya. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan berbagai orang yang mempengaruhi hidupnya, baik secara positif maupun negatif. Melalui segala cobaan yang dihadapinya, Midun tetap sabar dan tabah. Pada akhirnya, kesabaran dan ketabahannya membuahkan hasil ketika ia berhasil membuktikan kebenaran dan memperoleh kebahagiaan.
Midun
[sunting | sunting sumber]- [kepada Halimah] Sungguh saya jadi larat. Jika tidak karena anak gadis ini, tidaklah saya menyebrangi laut.(hlm. 127)
- [kepada Dubalang] Apakah kesalahan saya, maka dibelenggu macam seorang perampok, mamak (hlm.40)
- [kepada Maun] Adat laki-laki berpanjang minta tolong. (hlm.40)
- [kepada Haji Abbas] Penyakit saya ini tidaklah membahayakan. Selama sakit akan sembuh, selama susah akan senang.(hlm.46)
- [kepada seseorang mamak] Tuhan yang dapat menentukan berbahagia atau tidaknya untung nasib seseorang.(hlm.73)
Halimah
[sunting | sunting sumber]- [kepada Ibu Midun] Janganlah Ibu kenangkan juga hal yang sudah-sudah itu.Harta dunia dapat kita cari.Sekarang kami sudah pulang senangkanlah hati Ibu.(hlm. 189)
Kacak
[sunting | sunting sumber]- [kepada Midun] Pedih hatiku tidak dapat saya mengenainya.Jika tidak tewas ia olehku, saya berguru starlak sekali lagi. (hlm. 35)
- [kepada Midun] Memang engkau musuhku jahanam (hlm. 44)
- [kepada Midun] Adakah dihalalkan dalam agama, bahwa orang laki-laki itu boleh menyentuh kulit perempuan orang lain. (hlm.49)
Maun
[sunting | sunting sumber]- [kepada Teman Kacak] Satu lawan satu. Engkau berdua. Sama menolong teman, disini juga begitu (hlm. 51)
Pak Midun
[sunting | sunting sumber]- [kepada Midun] Insaflah engkau,pikirkan siapa kita dan siapa orang itu. (hlm. 31)
Pendekar Sutan
[sunting | sunting sumber]- [kepada Pak Midun] Mengatakan saja memang gampang. (hlm. 58)
Haji Abbas
[sunting | sunting sumber]- [kepada Midun] Pikir itu pelita hati. Karena itu pekerjaan yang hendak dilakukan, pikirkan dalam-dalam, timbang dahulu buruk baiknya. (hlm. 30)
Tuanku Laras
[sunting | sunting sumber]- [kepada Haji Abbas] Orang yang tak sempurna akal, tentu tidak mengerti apa-apa.Kalau dilawan, tentu kita jadi gila juga. (hlm. 45)
Tokoh
[sunting | sunting sumber]- Midun
- Kacak
- Halimah
- Maun
- Pak Midun
- Pendekar Sutan
- Haji Abbas
- Tuanku Laras