Lompat ke isi

Sathya Sai Baba

Dari Wikikutip bahasa Indonesia, koleksi kutipan bebas.
Wikipedia memiliki artikel ensiklopedia mengenai:

Pelayanan

[sunting | sunting sumber]

"Kegiatan pelayanan yang kita lakukan dimaksudkan untuk mengalami kesatuan dalam masyarakat. Jika engkau berpikir bahwa engkau melayani orang lain, ini adalah kekeliruan besar. Engkau seharusnya tidak menganggap seseorang sebagai 'orang lain', karena semuanya adalah perwujudan keilahian. Tetapi manusia tidak membuat usaha-usaha untuk menyadari kebenaran ini. Oleh karena itu, ia mengalami kesulitan. Ketika manusia menyadari bahwa Tuhan meliputi segalanya, manusia akan menjadi bebas dari penderitaan. Untuk menyingkirkan penderitaan, manusia harus mempraktekkan prinsip kesatuan dalam masyarakat. Saat manusia memahami prinsip kesatuan, manusia dapat mencapai prinsip Alam semesta."[1]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

"Pendidikan seharusnya menanamkan disiplin dan kerendahan hati; tetapi saat ini pendidikan menuai hasil bangga dan iri hati. 'Vidya' berarti: 'vid' (Cahaya) dan 'ya' (yang memberikan). Jadi pendidikan itu untuk memberikan cahaya dan menerangi kegelapan dalam pikiran dan akal budi. Ini bukanlah sekadar mengacu pada pengetahuan buku. Hal ini menjelaskan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Harus ada harmonisasi pengalaman seseorang sebelumnya dengan yang sekarang dan menuntun manusia pada pengalaman-pengalam an yang menguntungkan dan berguna di masa depan. Hal ini harus menjelaskan hubungan pengetahuan yang didapat dari buku-buku ini dengan pengalaman tersebut dalam proses menjadikan manusia berkembang, sampai ia menyadari Ketuhanan."[2]

Ahimsa (Tanpa Kekerasan)

[sunting | sunting sumber]

Apa makna dari Ahimsa (tanpa kekerasan)? Ahimsa bukan hanya sekadar menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain. Hal ini juga berarti menahan diri untuk tidak menyakiti diri sendiri. Dalam hal berbicara, seseorang harus memeriksa apakah kata-katanya menyebabkan rasa sakit pada orang lain. Seseorang harus melihat bahwa pandangannya tidak dicemari dengan niat buruk atau pikiran yang buruk. Juga tidak boleh untuk mendengarkan pembicaraan yang buruk. Semua hal tersebut dapat menyakiti seseorang. Oleh karena itu seseorang seharusnya memastikan untuk tidak memberikan ruang bagi cara pandang yang buruk, pendengaran yang buruk, perkataan yang buruk, pikiran yang buruk, atau tindakan yang buruk. Dan bagaimana engkau menentukan mana yang buruk? Dengan berkonsultasi dengan hati nuranimu. Setiap kali engkau bertindak melawan hati nuranimu, hasil yang buruklah yang akan mengikutimu."[3]

Yesus Kristus

[sunting | sunting sumber]
  • "Kembangkanlah cinta-kasih kepada Tuhan. Segala bentuk cinta-kasih lainnya bukanlah cinta-kasih dalam arti yang sebenarnya, mereka hanyalah kemelekatan sementara yang bersifat temporer. Kesalahan terbesar yang dimiliki oleh umat manusia adalah melupakan keilahian di dalam dirinya sendiri. Semuanya seyogyanya menyadari bahwa mereka bersumber dari Sang Ilahi. Semuanya adalah anak-anak Tuhan. Engkau harus berupaya agar semakin dekat dengan-Nya. Inilah Sadhana yang sejati. Engkau harus merasa bahwa Tuhan berdiam di dalam hatimu. Kembangkanlah rasa welas asih di dalam hatimu, sebab tanpa adanya welas asih, maka hatimu bagaikan sebongkah batu. Ini pula yang menjadi pesan Yesus Kristus, yaitu pesan tentang cinta-kasih. Bahwa cinta-kasih adalah Tuhan, hiduplah dalam cinta-kasih. Mulailah harimu dengan cinta-kasih. Jalanilah kehidupanmu dalam nafas cinta-kasih. Akhirilah harimu dengan cinta-kasih, sebab inilah jalan untuk menuju kepada Tuhan. Hanya mereka yang hatinya penuh dengan cinta-kasih akan dekat dengan-Nya."[4]
  • "Yesus menyucikan tubuh-Nya dengan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain. Beliau menyadari tujuan dan tanggungjawab-Nya yang tertinggi. Dengan berbekal keyakinan akan prinsip kesatuan dari seluruh umat manusia, Ia berdiri dengan tegar atas kritik dan serangan lawan-lawan-Nya. Setiap Nabi dan orang suci berjuang untuk mengangkat mereka yang tertindas dan membuka mata orang-orang buta akan kemuliaan Tuhan, meraka sudah siap dan bersedia untuk berkorban. Seseorang seharusnya menerima permasalahan sebagai kesempatan untuk mengorbankan segalanya demi menegakkan kebenaran dan kebajikan. Sadarilah dirimu sebagai perwujudan kasih dan dedikasikan dirimu seperti yang Yesus telah lakukan, untuk melayani sesamamu."[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Thought for The Day,December 30 2009
  2. Thought for The Day,December 16 2009
  3. Thought for The Day,November 25 2009
  4. Thought for The Day,December 25th 2008
  5. Thought for The Day,December 24 2007