Para Pencari Tuhan
Para Pencari Tuhan adalah sinetron Indonesia yang ditayangkan setiap hari selama bulan Ramadan di SCTV sejak 2007.
Kutipan
[sunting | sunting sumber](Diambil dari tayangan sinetron PPT Jilid 1 dan 2)
"Bayi tidak akan keluar dari rahim ibunya kalau tidak dipaksa." ~Haifa
"Apa lagi yang harus kubuktikan kepadamu, Aya? Jika saja syari'at membolehkan, aku akan berwudhu dengan air matamu." ~Azzam
"Dengan segala pengorbanan yang sudah kulakukan dan semua kepedihan yang kualami, kamu nggak punya hak lagi untuk berkata tidak." ~Azzam
"Hidup ini indah, tapi mahal ongkosnye." Bang Jack
"Jangan suka merepotkan diri sendiri dengan standar orang lain." ~Aya
"Mulai sekarang, tak usahlah kita bicara soal uang di rumah kita, karena memang kita tak punya uang. Kita bicara saja tentang Allah, karena itulah yang kita punya." ~Mira/istri Asrul
"Kemana Allah ketika awak membutuhkanNya? Apakah Allah telah hilang?! Laa illah!" ~Asrul
"Allah nggak pernah hilang. Kitalah yang terpejam. Mata hati kita yang terpejam." ~Bang Jack
"Biasanya juga saya nggak nemu bayi!" ~Udin Hansip
"Ciee... ciee...." [kalimat terakhir abangnya Bonte sebelum meninggal]
"Pertanyaannya bukan kita mau kemana, tapi setelah sampai di sana, kita mau ngapain?!" ~Udin Hansip
"Duit gue lebih banyak daripada masalah lu." ~Pak Jalal
"Awak akan terus marah kepada Allah sampai marahNya melebihi marahku!" ~Baha
"Selama tiga detik tadi, aku merasa sayang banget sama kamu." ~Azzam
"Mau sholat nanti? Memangnya ente yakin umur ente bakal sampe satu ronde lagi? ~Bang Jack
"Gimana Allah nggak cemburu sama elu, Zam? Apakah elu udah mengejar ridho Allah sehebat elu ngejar cintanya Aya?" ~Bang Ustadz Ferry
"Hidup itu saling memaafkan, bukan saling minta maaf." ~Pak RW
"Aku akan berada disampingnya, dengan mata dan hati tetap menatap kepadamu." ~Azzam
(Diambil dari tayangan sinetron PPT Jilid 13)
"Lu ga kebanyakan bikin dosa sih." ~Udin
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Artikel ini merupakan tulisan rintisan. Anda dapat turut serta mengembangkannya menjadi artikel yang utuh.