Mata Hari (novel)
"Mata Hari" adalah novel karya Paulo Coelho yang pertama kali dirilis pada tahun 2016 dengan judul asli "The Spy". Novel ini menggambarkan kehidupan Margaretha Zelle, yang lebih dikenal sebagai Mata Hari, seorang penari eksotis yang dieksekusi oleh Prancis pada tahun 1917 karena diduga menjadi mata-mata untuk Jerman selama Perang Dunia I.
Cerita ini disampaikan melalui serangkaian surat yang ditulis oleh Mata Hari dari penjara, menggambarkan kehidupannya yang penuh warna, tantangan, dan kontroversi.
Sinopsis
[sunting]"Mata Hari" adalah novel karya Paulo Coelho yang menggambarkan kehidupan Margaretha Zelle, yang lebih dikenal sebagai Mata Hari. Novel ini mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita yang menjadi salah satu tokoh paling ikonik dan kontroversial dalam sejarah.
Margaretha Zelle lahir di Belanda dan menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan sejak usia muda. Setelah menikah dengan seorang perwira militer, ia pindah ke Indonesia, di mana ia belajar tarian tradisional yang kemudian membawanya ke panggung-panggung Eropa sebagai penari eksotis dengan nama panggung Mata Hari. Dengan kecantikannya yang memukau dan bakat menarinya, Mata Hari dengan cepat menjadi terkenal, memikat hati banyak pria berpengaruh.
Namun, ketika Perang Dunia I pecah, kehidupan glamor Mata Hari berubah drastis. Ia dituduh sebagai mata-mata Jerman oleh pemerintah Prancis dan diadili atas tuduhan pengkhianatan. Melalui serangkaian surat yang ditulisnya dari penjara kepada pengacaranya, novel ini mengeksplorasi sisi pribadi dan emosional dari seorang wanita yang berjuang untuk menentukan nasibnya di dunia yang didominasi oleh laki-laki.
Mata Hari
[sunting]- Aku berhasil lolos dari kejahatan-kejahatan yang memang ku lakukan, dan kejahatanku yang terbesar adalah menjadi wanita yang bebas dan mandiri di dunia yang diperintah oleh kaum pria. (hlm. 24)
- Ingatan itu seperti sungai-sungai yang selalu mengalir ke belakang. (hlm. 25)
- Ingatan amat bandel, sehingga gambaran hal-hal yang pernah kita alami masih bisa mencekik kita dengan satu detail kecil atau bunyi yang tidak penting. (hlm. 25)
- Kenangan membawa setan yang bernama melankolia. (hlm. 25)
- Kenangan-kenangan selalu menang, dan bersama mereka datang setan yang bahkan lebih menakutkan lagi daripada melankolia: sesal. (hlm. 26)
- Kuharap masa depan itu tidak pernah menganggapku korban, melainkan seseorang yang melangkah maju dengan keberanian, membayar harga yang harus dibayar tanpa takut. (hlm. 27)
- Aku tidak meminta berbahagia; aku hanya meminta agar tidak sesedih dan sesengsara yang kurasakan. (hlm. 52)
- Segala sesuatu di dunia ini memiliki dua sisi. Orang-orang yang dicampakkan oleh dewa kejam yang bernama cinta juga patut dipersalahkan karena mereka melihat ke masa lalu dan bertanta-tanya mengapa mereka membuat begitu banyak rencana untuk masa depan. Tetapi kalau mereka memeriksa ingatan mereka dengan lebih cermat, mereka akan ingat hari benih itu ditanam, dan bagaimana mereka merawat, memupuk dan membiarkannya tumbuh sampai benih itu menjadi pohon yang tidak pernah bisa dicabut. (hlm. 71)
- Ketika seorang wanita atau pria dicampakkan oleh orang yang mereka cintai, mereka hanya terpusat pada kepedihan mereka sendiri. Tidak ada yang mengambil waktu untuk memikirkan apa yang terjadi kepada orang satunya. Mungkinkah mereka juga menderita, setelah meninggalkan hati mereka sendiri demi tetap bersama keluarga mereka karena tuntutan masyarakat? Setiap malam mereka harus berbaring di ranjang mereka, tidak bisa tidur, bingung, dan bertanya-tanya apakah mereka mengambil keputusan yang benar. Kadang-kadang mereka merasa yakin sudah kewajiban mereka untuk melindungi keluarga dan anak-anak mereka; semakin jauh titik perpisahan itu, semakin kenangan mereka dimurnikan dari saat-saat sulit itu dan berubah menjadi kerinduan akan firdaus yang hilang itu. (hlm. 71-72)
- Wanita bisa saling memahami tanpa saling bertukar kata. (hlm. 73)
- [Kepada Astruc] Ini karena aku bermimpi diterima dan dihormati, meskipun aku tidak berhutang apa-apa kepada siapa pun. Kenapa aku melakukan itu? aku membuang-buang waktuku dengan kekuatiran, penyesalan, dan kegelapan-kegelapan yang hanya memperbudakku, membelengguku ke batu karang tempat aku dipersembahkan sebagai makanan untuk burung pemangsa, batu karang yang tidak bisa lagi aku tinggalkan. (hlm. 84)
- Dengan akhirnya menerima bahwa aku sama sekali bukan seperti yang kubayangkan, aku merasa diriku tenggelam dalam lubang hitam. Tetapi, tiba-tiba, sambil menghadapi luka-lukaku dan bekas-bekasnya, aku mulai merasa lebih tegar. Air mataku tidak berasal dari mataku, tetapi dari tempat yang lebih dalam dan lebih gelap di hatiku, menceritakan kepadaku kisah yang bahkan tidak sepenuhnya kumengerti dengan suaranya sendiri. (hlm. 86)
- Aku belum pernah melakukan itu. Aku dulu menyangka, membicarakan luka-lukaku hanya akan membuat luka-luka itu makin nyata. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya: Air mataku sedang menyembuhkan aku. (hlm. 86)
- Tidak penting siapa yang mendengarkan; yang penting adalah membuka luka-luka itu agar bisa disucikan oleh matahari dan dicuci oleh air hujan. (hlm. 86)
- Aku tidak tahu mengapa hidup membuatku menjalani beitu banyak percobaan dalam waktu begitu singkat. Untuk melihat seberapa besar kekuatanku. Untuk memberiku pengalaman. Tetapi ada jalan-jalan lain, cara-cara lain untuk mencapai ini. Hidup seharusnya tidak perlu menenggelamkanku dalam kegelapan jiwaku atau memaksaku menyeberang hutan yang penuh dengan serigala dan hewan-hewan liar lainnya ini tanpa satu pun tangan untuk menuntunku. (hlm. 105)
- Satu-satunya yang kuketahui adalah meskipun menakutkan, hutan ini ada ujungnya, dan aku berniat tiba di ujung sana, Aku akan murah hati dalam kemenanganku dan tidak akan menuduh mereka yang telah berdusta begitu banyak tentang aku. (hlm. 105)
- Karena itulah yang selalu kucari: kemerdekaan. Aku tidak mencari cinta, meskipun cinta itu pernah datang dan pergi. Karena cinta, aku telah melakukan banyak hal, hal-hal yang tidak semestinya kulakukan, dan pergi ke tempat-tempat di mana orang-orang bersembunyi menantiku. (hlm. 106)
- Aku bukan mencari kebahagiaan, melainkan apa yang disebut orang Prancis la vraie vie, kehidupan sejati, dengan momen-momen keindahan tak terlukiskan dan depresi mendalam, dengan kesetiaan dan pengkhianatan, dengan ketakutan dan momen-momen kedamaian. (hlm. 133)
- Dan atas nama segalanya yang telah kuderita dengan tidak adil, aib yang terpaksa kutanggung, pencemaran nama baik yang kuderita di hadapan hakim-hakim. Dewan Perang Ketiga, dan dusta dari kedua belah pihak seakan-akan Jerman dan Prancis saling membunuh tidak bisa membiarkan saja seorang wanita yang dosa terbesarnya adalah memiliki pikiran bebas di dunia tempat orang-orang makin lama makin tertutup pikirannya. (hlm. 136)
Antje Van Der Muelen
[sunting]- [Kepada Mata Hari] Ini benih tulip, lambang negara kita. Tetapi lebih dari itu, mereka melambangkan kebenaran yang harus kau pelajari. Benih ini akan selalu menjadi tulip, sekalipun pada saat ini kau tidak bisa membedakannya dari bunga-bunga yang lain. Mereka tidak akan pernah berubah menjadi mawar atau bunga matahari, tak peduli seberapa besar keinginan mereka. Dan kalau mereka mencoba menyangkal keberadaan mereka sendiri, mereka akan menjalani hidup dengan getir, lalu mati. (hlm. 30)
- [Kepada Mata Hari] Jadi, kau harus belajar mengikuti takdirmu, apapun takdir itu, dengan suka cita. (hlm. 30)
- [Kepada Mata Hari] Bunga mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang abadi: keindahan mereka, bahkan juga fakta bahwa mereka pasti akan layu, karena mereka masih akan memberikan benih baru. Ingatlah ini kalau kau merasa sukacita, kepedihan, atau kkesedihan. Segala sesuatu berlalu, menjadi tua, mati, dan terlahir kembali. (hlm. 30-31)
- [Kepada Mata Hari] Pohon-pohon yang paling tinggi sekalipun bisa tumbuh dari benih-benih mungil seperti ini. Ingatlah ini, dan berusahalah tidak tergesa-gesa. (hlm. 31)
Istri Andreas
[sunting]- [Kepada Andreas] Selama bertahun-tahun aku setia kepadamu. Kaulah yang memerintah hati dan tingkah laku ku, dan aku bersumpah demi Tuhan, setiap malam aku meminta agar kau pulang ke rumah dengan selamat. Kalau aku harus mengorbankan hidupku demi hidupmu, aku pasti melakukanya tanpa takut. (hlm. 43)
- Aku menunggu dengan sabar agar kau mengerti bahwa kaulah yang terpenting dalam hidupku. Aku mengikutimu ke tempat ini. Meskipun indah, tempat ini pastilah mimpi buruk bagi istri, termasuk Margaretha. (hlm. 43)
- Aku memperjuangkan cinta kita dengan segenap kekuatanku, tetapi hari ini kekuatanku habis. Batu yang menindih hatiku sekarang sudah menjadi karang yang tidak akan lagi membiarkannya berdenyut. Dan hatiku, dengan napasnya yang terakhir, berkata kepadaku ada dunia-dunia lain di luar dunia yang ini, dunia-dunia di mana aku tidak harus selalu memohon agar ada pria yang mau menemaniku untuk mengisi hari-hari dan malam-malam yang hampa ini. (hlm. 44)
- Tubuhku boleh terus bernapas, tetapi jiwaku sudah mati. Aku tidak bisa meninggalkan tempat ini, juga tidak bisa membuatmu mengerti bahwa aku memerlukanmu di sisiku. (hlm. 44)
Pablo Picasso
[sunting]- [Kepada Mata Hari] Ketahuilah apa yang kau inginkan dan berusahalah melampaui harapan-harapanmu sendiri. Perbaiki tarian-tarianmu, banyak-banyak berlatih, dan pasang target yang sangat tinggi, yang akan sangat sulit dicapai. Karena itulah misi seniman: melampaui batasan-batasan dirinya. Seorang seniman yang menginginkan sedikit dan mencapainya adalah seniman yang gagal dalam hidup. (hlm. 75-76)
Édouard Clunet
[sunting]- [Kepada Mata Hari] Dalam peperangan, korban pertama adalah martabat manusia.
- [Kepada Mata Hati] Hari ini, salah satu temanmu di penjara adalah apa yang sekarang kami sebut "pejuang hak-hak kaum wanita"